Makanan Halalan Thayyiba

Halalan

Keutamaan Mengkonsumsi Makanan
Halalan Thayyiba

Setiap muslim menyakini bahwa Islam adalah agama yang membawa petunjuk demi kebahagiaan pribadi dan masyarakat serta kesejahteraan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak,petunjuk-petunjuk tersebut umumnya bersipat global (mujmal), sehingga tidak pada tempatnya menuntut dari sumber-sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah) tentang petunjuk-petunjuk praktis dan terinci yang menyangkut berbagai aspek kehidupan,dan
memang tidak semua masalah harus ditemukan argumentasinya secara khusus dari kedua sumber tersebut.

Argumentasinya dapat ditemukan melalui pemahaman terhadap jiwa ajaran agama serta tujuan-tujuan pokok syari’at.

Pengertian dan Kriteria Makanan Halalan Thayyiba

Makanan di dalam kitab suci al-Qur’an dipakai dengan kalimat tha’am adalah merupakan sesuatu yang dimakan atau dicicipi. (Shihab, 1997; 137). Penggunaankata tha’am (makanan) sudah tercakup didalamnya minuman. Pada hakekatnya segala yang ada di permukaan dan perut bumi ini, semuanya diperuntukkan ummat manusia, begitu pula dari aspek makanan segalanya diperbolehkan untuk mengkonsumsinya, sehingga ada nash al-Qur’an maupun alHadits yang melarang memakannya. Adapun dasar dilarangnya dikarenakan makanan tersebut bisa berakibat buruk atau tidak baik bagi diri manusia itu sendiri.

Dalam konteks mencari, memperoleh serta mengkonsumsi makanan menurut ajaran Islam, manusia tidak bisa sebebas-bebasnya ataupun seenak-enaknya mengkonsumsi makanan hanya menuruti selera tanpa memperhatikan aturan-aturan dalam mencari, memperoleh serta mengkonsumsi makanan yang dibolehkan dalam ajaran Islam yaitu makanan yang halal dan baik (halalan thayyiba),kehalalan makanan sangat erat kaitannya dengan masalah hukum boleh tidaknya makanan itu dikonsumsi,kehalalan makanan itu setidaknya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Kandungan Zatnya
Ajaran Islam sangat memperhatikan tentang materi barang (makanan) yang akan dikonsumsi, dengan kata lain wujud makanan atau minuman itu harus bersih (suci) jauh dari segala najis, kotoran yang menjijikan sebagaimana ditegaskan di dalam QS al-Baqarah ayat 172-173 Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman memakan makanan yang baik, serta mengharamkan kepada mereka empat macam makanan, yaitu: bangkai, darah, daging babi serta hewan yang disembelih bukan karena Allah SWT.Menurut Muhammad (1991; 138) QS al-Baqarah ayat 
172-173 menjelaskan tidak diharamkan mengkonsumsi berbagai makanan, kecuali empat macam, yaitu: bangkai, darah daging babi, binatang yang disembelih tidak menyebut nama Allah SWT.Keempat macam yang dilarang ini dalam kondisi tertentu, misalnya darurat diperbolehkan memakannya dengan catatan tidak menginginkannya serta tidak melampaui batas.

2. Cara memperolehnya
Ajaran Islam melarang bagi setiap pemeluknya mencari ataupun memperoleh makanan dengan jalan yang tidak baik seperti: mencuri, merampas kepunyaan orang lain, korupsi dan lain sebagainya. Seperti firman Allah SWT “Dan jangan kamu ambil harta diantara kamu dengan cara bathil” (QS al-Baqarah ayat 188). Menurut Ibnu Abbas ayat ini merupakan larangan memakan harta orang lain dengan cara bathil, seperti: sumpah palsu, dusta, mencuri dan lain-lain (Syamsuddin, 1989; 94). 

Disebalik larangan tersebut, ada perintah yang sifatnya wajib pula bagi setiap individu muslim untuk mencarinya dengan jalan dan cara yang baik dan halal sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Sedangkan baik ataupun tidaknya makanan yang dikonsumsi menurut Shihab (1997; 148) bisa ditinjau dari segi sehat, 
proporsional, dan aman. Yaitu:

1. Makanan yang sehat
Makanan yang sehat adalah makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang cukup dan seimbang, makanan yang sehat sangat diperlukan bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh manusia. Salah satu makanan yang sehat dianjurkan untuk dikonsumsi seperti binatang ternak (al-an’am). Sebagaimana firman Allah SWT “Dan Dialah yang telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfa’at, dan sebagiannya kamu makan” (QS Al-Nahl ayat 5). Menurut Mahalli dan As-Suyuthi (tt; 215) binatang ternak dalam ayat ini tercakup didalamnya binatang unta, sapi, kambing, biri-biri. Di dalam daging hewan ternak terkandung didalamnya protein-protein yang snagat diperlukan bagi tubuh manusia.

2. Proporsional
Proporsional adalah makanan yang dimakan sesuai dengan kebutuhan, dalam artian tidak berlebih-lebihan dari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak pula berkurangan. Allah SWT melarang ummat manusia berlebih-lebihan (QS al-‘Araf ayat 31) termasuk dalam hal ini memakan sesuatu hendaknya sesuai dengan yang diperlukan oleh tubuh, sebab jika berlebih-lebihan ataupun berkurangan akan berakibat tidak bagus bagi tubuh. Terlalu banyak makan menurut Saksono (1990; 133) bisa mengakibatkan rusaknya organ pencernaan, penyempitan pembuluh darah, menyebabkan seseorang menjadi malas dan cenderung mengantuk yang secara langsung juga akan mengganggu dalam berakitvitas dan beribadah sehari-hari.

Berkaitan dengan di atas, Rasulullah SAW mengecam mereka yang memenuhi perutnya dengan makanan, sehingga tidak tersisa lagi untuk yang lain. Beliau mengajarkan kepada ummatnya, bahwa perut selain diisi dengan makanan juga disediakan untuk minuman dan bernapas. Sebagaimana sabdanya “Tiada tempat yang paling jelek untuk dipenuhi anak Adam, selain perutnya, cukuplah untuk anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan (menguatkan) tulang sulbinya. Akan tetapi jika merasa tidak cukup, maka aturannya sepetiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernapas”. (Zakiyuddin, 1986; 136).Sejarah mencatat, ketika penguasa Mesir memberikan hadiah kepada Rasulullah SAW berupa: pelayan, kuda serta dokter. Rasulullah SAW hanya menerima hadiah yang pertama (pelayan) dan hadiah kedua (kuda) sedangkan hadiah ketiga (dokter) beliau tolak, seraya mengatakan “Kami adalah kaum yang tidak makan hingga datang waktu lapar, dan jika kami makan tidak sampai kekenyangan” (al-Khatib, 1994; 39). Peristiwa tersebut menunjukan Rasulullah tidak memerlukan dokter, dikarenakan beliau dalam keseharian mengamalkan pola makan yang proporsional.

3. Aman 
Aman adalah makanan yang suci dari kotoran dan terhindar dari segala yang haram. Sebagaimana firman Allah SWT “Dan makanlah makanan yang halal labi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS al-Maidah ayat 88) ayat ini menurut Shihab (1997; 150) merangkainkan perintah makan yang disertai dengan perintah bertakwa yang pada intinya agar manusia berusaha menghindarkan dirinya dari segala yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman. Di samping itu pula makanan yang kotor dan haram akan menimbulkan 
penyakit jasmani dan rohani.


Keutamaan Mengkonsumsi Makanan HalalanThayyiba

Keutamaan ataupun keistemewaan yang terdapat dalam mengkonsumsi makanan Halal Thayyiba antara lain:

1. Melahirkan kepribadian mulia
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari memberikan pengaruh pada diri seseorang, jika yang dimakan berasal dari sumber yang halal dan baik, tentunya akan memberikan pengaruh yang baik pula pada orang tersebut. Demikian juga mengonsumsi sesuatu yang haram akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap orang tersebut.

Menurut hadits Rasulullah SAW, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan dan minuman yang haram cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga. Nawawi al-Banteni mengatakan, bahwa makanan yang baik akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang mulia dan begitu pula sebaliknya makanan yang haram akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang jelek.(Nawawi, tt; 66).

Secara empiris dapat dilihat banyaknya terjadi penyimpangan prilaku dikalangan remaja seperti tawuran, dan tindakan kriminal lainnya dikarenakan berawal-mengkonsumsi makanan/minuman yang diharamkan oleh Islam seperti miras/ narkoba. Bahkan Fauzi (1997; 16) mengatakan sesuap makanan yang berasal dari sumber yang haram dengan dimakan tanpa memikir panjang, akan mengakibatkan anak yang dilahirkan kelak akan menjadi anak yang durhaka kepada ibu/bapaknya. 

2.Melahirkan generasi yang kuat dan cerdas
Islam menganjurkan agar pemeluknya meninggalkan generasi penerus yang sehat dan kuat, anjuran tersebut dapat 
ditemukan pada firman Allah SWT “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang 
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka oleh sebab itu hendaklah mereka 
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS al-Nisa ayat 8).

Untuk merealisasikan anjuran ayat di atas, diperlukan makanan yang bergizi, karena makanan yang bergizi sangat erat kaitannya dengan membangun kekuatan jasmani dan kecerdasan seseorang, semakin baik gizi yang dikonsumsinya akan menjadi kuat dan cerdaslah orang tersebut, begitu pula Kartubi, Keutamaan sebaliknya makanan yang tidak mengandung gizi yang baik, akan berakibat lemahnya fisik dan kedunguan orang tersebut. Kekurangan gizi menurut Su’dan (1997; 258) dapat dilihat pengaruhnya pada usia kanak-kanak seperti keterbelkangan mental dan lain sebagainya. Untuk mengantisipasinya agar tidak terjadi lagi pada usia kanak-kanak, orang tua dianjurkan memberikan asupan ASInya untuk balita selama dua tahun disamping memberikan asupan makanan tambahan lainnya yang mengandung nilai gizi yang baik.

3.Menjadikan do’a mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
Ibnu Abbas menceritakan “saya membaca ayat, dihadapan Rasululah SAW, tiba-tiba Sa’ad berdiri dan berkata, wahai Rasulullah mohonkanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku orang yang mustajab do’anya. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu, makanlah dari makanan yang baik-baik, niscaya kamu akan menjadi orang yang mustajab doanya”. (HR. Ath-Thabrani). Dilain hadits juga Rasulullah menyatakan: …“perihal orang yang berambut kusut, berpakaian kumal, terlihat sangat kelelahan (seolah berada dalam perjalanan jauh), makanannya haram, pakaiannya haram, dan selalu mencari yang haram, kemudian mereka mengangkat kedua tangan sambil berdoa, “Ya Rabbku, Ya Rabbku, maka bagaimana mungkin do’a-do’a mereka diterima oleh-Nya.” (HR. Muslim). Para sahabat sangat memperhatikan kejelasan halal-haramnya suatu makanan. Abu Bakar RA pernah meminum susu yang diberikan oleh budaknya. Setelah diberitahu oleh budaknya mengenai asal-usul susu tersebut yang diperolehnya dari pekerjaan yang haram, Abu Bakar RA lantas memuntahkannya lalu berdo’a “Ya Allah Rabbku, sungguh aku memohon ampunan-Mu atas sisa minuman yang masih terkandung di dalam aliran darahku, dan yang nantinya bercampur menjadi dagingku”.

No comments:

Post a Comment